Langsung ke konten utama

Bocah belajar bisnis


Usaha tahunan milik Alm. Ibu saya, alhamdulillah ada kemajuan setiap tahunnya. Dulu, bapak saya menyuruh saya untuk meneruskan usaha Ibu saya, tapi berhubung dikala itu saya sangat tidak menyukai hal ' masak' memasak. Jadi saya benar-benar tak pernah berfikir kalau usaha Ibu saya, saya lanjutkan.

Lebaran Idul Fitri kemarin, hehe udah lama gak sih? ya boleh kan ceritanya sekarang.. Saya awalnya berniat untuk sekedar membuat saja, kalau enak dan mirip dengan bikinan Ibu, saya sedikit ada nyali untuk menjualnya. karena beberapa orang bilang kalau ' wah lebaran gak makan kuenya Ibunya safira' hal itu yang menginspirasiku untuk mencobanya dulu.

eits, sebenarnya usaha apa sih? Usaha tahunan yang buming pada saat lebaran Idul Fitri, bisnis kue apem kering...yaps

Saya mulanya sangat pesimis kalau saya akan bisa membuat kue tersebut. ya meskipun setiap tahunnya saya ikut membantu Ibu, teknik-tekniknya sudah diberitahu, resepnya pun sudah ada di buku. alhamdulillah, dulu Ibu selalu mencatat semua hal-hal yang penting. jadi sangat bermanfaat sekali.

Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajak sahabat-sahabat saya. mereka pun merespon baik, dan mereka sangat setuju untuk hal ini. mulailah kami belanja bahan-bahannya untuk percobaan pertama. dan hasilnya? Alhamdulillah nggak seburuk yang kami kira, awal memang butuh pembelajaran lebih. saat itu kue pertama yang kita buat adalah Nastar, sayangnya nastar yang saat itu kita bikin terlalu lembut teksturnya. Kami mencari-cari kesalahan-kesalahan apa, mungkin terletak di jenis bahannya atau takarannya.

Beberapa waktu kami mencoba sampai berhasil, dan sempat juga saya meminta saran kepada tetangga-tetangga saya, mereka menyemangati saya sambil melontarkan kalimat pujian, yang membuat hati dan jiwa saya tergerak untuk semangat membuat kue kering.

Setiap tahunnya, dahulu 1 bulan sebelum puasa, Ibu saya sudah mulai memproduksi. karena takut kekurangan waktu. berhubung saat itu sudah mendekati puasa, yah saya dan kerabat-kerabat saya tidak memproduksi terlalu banyak.

Cita-cita saya dari dulu, mau buatkan logo atau merek untuk kue kering bikinan Ibu saya, dan memfotonya untuk di posting di Instagram sebagai media promosi. alhasil, saya penuhi pada saat itu. Berhubung sesuai dengan jurusan saya sekolah. saya gak mau menyia-nyiakan moment ini untuk mempraktekkan ilmu yang sudah saya dapat. kami mulai merencanakan logo dan foto produk untuk Instagram.

Logo sudah jadi, tinggal memakan memfoto kue tersebut. saya memanfaatkan smartphone saya, dengan bermodalkan soft box punya saya teman, dan hp sony xpreia z2, hasilnya pun tak mengecewakan. proses pemesanan saat itu sudah dibuka, yang pesan pun pelanggan-pelanggan ibu yang dulu. sempat mereka meragukan rasanya apakah sama atau tidak. tapi akhirnya lumayan banyak yang memesan. 

setiap harinya kami membuat kue entah 1 resep atau 2 resep. saya benar-benar tak merasakan kesepian karena kerabat-kerabat saya yang ikut kerja. diantara dari mereka memang tidak semua menyukai hal masak memasak, tapi mereka saling melengkapi dan mau untuk makan belajar.

Alhamdulillah pesanan mulai datang sampai detik-detik menuju lebaran masih ada yang mau pesan. mau diterima itu ya gak ada waktu, mau ditolak juga kasian, hehe.  bukan dari via online, tapi langsung dari mulut ke mulut, ya ada sih yang pesan melalui IG namun bisa dihitung, karena memang akun instagram yang sangat-sangat baru dan belum terkenal kali ya.

gak jarang pula kita mengalami masalah-masalah kecil, seperti kegosongan, capek, kepanasan karena harus didepan oven, bosen, lelah. tapi semua itu akan tergantikan saat melihat meja yang terpenuhi dengan toples-toples kue dan itu semua bikinan kita. 

Saya juga sangat sangat berterimakasih dengan kerabat-kerabatku itu karena mau susah-susah bekerja seharian. Mungkin ini untuk pertama kalinya kita bener-bener merasakan kalau
 "cari duit itu gak segampang ketika kalian tinggal minta duit ke ortu seenak jidat"
berhari-hari kita berkutik dengan tepung, telur, susu, oven, selai dll. Kelelahan itu biasanya kita hilangkan dengan saling bergurau, saling menyemangati dan pastinya membuat hubungan kita semakin dekat *azk*.

kalau tidak salah 200 an toples sudah kita buat. Mungkin banyak pula orang-orang berfikir kalau kita hanya membantu memasaknya atau bantu promosi saja. kami benar-benar usaha dan belajar dari nol. Beli semua bahan-bahan yang begitu banyak pun kita sendiri. lalu modalnya dari mana? alhamdulillah modal bisnis kami dapat minjam dari saudara saya dan beberapa juga tabungan saya. 

saya juga sangat bangga memiliki kerabat seperti mereka, yang mau susah dan seneng bareng. mereka ngga gengsi buat kayak gini. langka sih punya pacar temen kayak mereka hehe.  

Omset yang kami dapatkan alhamdulillah nggak sedikit.  bisa nambah uang jajan kita atau bisa ditabung. buat yang kepo dan berniatan untuk memasan silahkan cek instagram Kekskukis . dijamin enaknya karena resep turun menurun.


Semoga tahun depan hidup saya nggak sesibuk saat ini, dan bisa melanjutkan dan mengembangkan bisnis tersebut.  suapaya bisa menerima pesanan lebih banyak lagi.

Keterbatasan tak membuat kita harus berhenti disitu saja, karena banyak jalan lain yang lebih menantang yang bisa kita lewati. ya pumpung masih muda, badan masih sehat dan otak yang lebih encer. alangkah baiknya kalau masa-masa muda di isi dengan hal- hal yang baru yang membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. bukan hal-hal yang hanya menunjang eksistensi sebagai anak muda saja.


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulau Dem Pelosoknya Kota Sidoarjo

Tugas film seperti makanan sehari-hari anak Multimedia di sekolah saya SMKN 2 BUDURAN. Tugas kali ini membuat Film Dokumenter. saat itu kita disibukkan dengan magang di tempat masing-masing. setiap ada kesempatan untuk rapat pun kita manfaatkan dengan baik, alhasil rapat pertama kita langsung memutuskan untuk memilih Pulau Dem sebagai salah satu tujuan kita. saat itu rapat, saat itu juga kita memutuskan untuk langsung survei tempat tersebut. Kita hanya mencari lokasinya bermodal kuota dan youtube pun sangat berguna. Lokasi pulau Dem itu di ujung pokoknya, hehe... Lumpur Lapindo masih lurus, pokoknya ada jembatan sungai porong belok kiri dan setelah itu, lurus, lurus aja, lurus terus sampai nggak kerasa kalau itu daerah Sidoarjo. Kesan pertama selama perjalanan, yah namanya juga anak ehm kota, yang sehari-harinya melihat keramaian jalan raya. tentunya excited sekali melihat pemandangan disekitar perjalanan, sudah seperti di pedesaan apa lagi saat itu cuaca mendung dan udara ju

180 Derajat

Hidup memang tak ada siapapun yang tau. saya benar-benar tak menyangka hidup saya akan berubah drastis seperti ini. Apa yang saya takutkan dulu, sekarang benar benar terjadi. Perasaan saat bangun tidur itu terkadang saya alami. Perasaan yang seolah-olah kehilangan ibu itu sebuah mimpi buruk. Namun 5 menit setelah bangun, ku sadari memang benar adanya. Beliau sudah tiada meninggalkan dunia untuk selamanya.  Dulu saya hanya bisa membayangkan ‘bagaimana kalau dia meninggalkanku?’ karena memang saya percaya bahwa umur hanya tuhan yang tau, dan saya harus siap menerima hal itu. Banyak hal yang sudah saya lewati bersamanya. saya tidak mau menyesalinya, saya hanya ingin mengenangnya. Sedih dan senang ku simpan rapat dalam ingatanku.    Hal ini harusnya membuat saya semakin kuat dan bukan jadi orang yang lemah, supaya dikemudian hari bisa membantu banyak orang dan berguna. Dia sudah menjadi orang yang paling berarti dalam hidup saya. Apa yang sudah kudapatkan sampai detik in

Kenapa kok hijrah ?

Awalnya saya tatap langit-langit dinding kamar, terlintas perasaan aneh, mungkin ini yang disebut hidayah. Saya mulai meratapi dosa-dosa yang pernah saya lakukan, hati berdegup tak karuan, ketakutan datang yang membuat sekujur tubuh panas dingin. Saat itu pula saya mulai menangisi diri saya sendiri.  Beberapa kalimat-kalimat bapak, terlintas difikiran saya, “doakan ibumu nak, kamu sholat 5 waktu, sudah 5 doa yang kamu panjatkan, itu dalam sehari, bagaimana dalam sebulan? Setahun?, jika kamu berbuat maksiat ibumu akan ikut disiksa disana”  Sekiranya seperti itulah bapak saya menasehati saya, yang kala itu saya belum mendapat pencerahan, yang saat itu masih dimasa jahil, yang saat   itu pula saya tak menghiraukan perkataannya. Baca juga : 180 Derajat Tangis ini semakin menjadi, semakin ku ingat dosa-dosa saya, semakin tak henti tangisannya, segera saya bertaubat memohon ampunan. Dari situ saya mulai hijrah, saya putuskan ‘dia’ hehe, saya hapus semua photo