Langsung ke konten utama

Kenapa kok hijrah ?








Awalnya saya tatap langit-langit dinding kamar, terlintas perasaan aneh, mungkin ini yang disebut hidayah. Saya mulai meratapi dosa-dosa yang pernah saya lakukan, hati berdegup tak karuan, ketakutan datang yang membuat sekujur tubuh panas dingin. Saat itu pula saya mulai menangisi diri saya sendiri. 

Beberapa kalimat-kalimat bapak, terlintas difikiran saya,
“doakan ibumu nak, kamu sholat 5 waktu, sudah 5 doa yang kamu panjatkan, itu dalam sehari, bagaimana dalam sebulan? Setahun?, jika kamu berbuat maksiat ibumu akan ikut disiksa disana” 
Sekiranya seperti itulah bapak saya menasehati saya, yang kala itu saya belum mendapat pencerahan, yang saat itu masih dimasa jahil, yang saat  itu pula saya tak menghiraukan perkataannya.

Baca juga : 180 Derajat

Tangis ini semakin menjadi, semakin ku ingat dosa-dosa saya, semakin tak henti tangisannya, segera saya bertaubat memohon ampunan.
Dari situ saya mulai hijrah, saya putuskan ‘dia’ hehe, saya hapus semua photo di sosial media, saya hapus semua file korea-korea an yang tak ada gunanya, saya perbaiki penampilan yang sesuai syariat, seperti itulah yang saya lakukan saat itu di tahap awal hijrah saya. 

Dari mulai Ibu masih ada, Bapak selalu mengajak mengaji di kajian rutin, dulu saya tak mau karena yang datang ibu-ibu semua dan saya menganggap aneh jika saya harus datang ikut dengan mereka. Astaghfirullah :’’’’(
Mungkin saat ini doa bapak di sepertiga malam terkabulkan. saya mulai dekat dengannya , saya mulai membicarakan hal-hal tentang Agama, saya pun ikut Bapak mengaji. 

Tentu saya yang dulu berbeda dengan sekarang, mungkin beberapa teman-teman saya awalnya mulai merasa tak nyaman dengan berubahnya diri saya dan timbul bermacam pertanyaan yang mungkin mereka tak berani menanyakannya. Dan bahkan pula ada seorang teman yang berkata “saf, kamu kok sekarang gini saf?” hehe, ya ku jawab dengan senyuman saja.
Saat awal hijrah, saya pun mulai mengajak teman-teman saya kepada kebaikan, karena saya tak mau berjuang sendirian, karena lebih asik berjuang bersama kan.
‘Hubungan pacaran tidak bisa membawamu ke surga, tapi hubungan persahabatan bisa mengantarmu ke surga.’
Alhamdulillah, sahabat senasib yang juga teman sebangku saya pun menemani proses menuju taat, bersama-sama. Semoga yang lain segera, aamiin.


Jadi kenapa saya perlu hijrah?
Karena saya butuh, karena itu wajib dan satu-satunya jalan kebenaran terbaik dari semua jalan yang ada untuk menuju persinggahan terakhir kita(surga). Saya belum berani buat bahas soal agama yang lebih intens lagi, karena ilmu saya masih sebatas ujung kuku dan saya bukan siapa-siapa, disini saya cuman ngeshare pengalaman pribadi saja.


Dengan berubahnya penampilan saya, jilbab lebar saya, jangan pernah menganggap saya ahli ibadah , alim, tak pernah maksiat dsb. Saya masih tetap saya, hanya saja saya menuju proses yang lebih baik, ingat! masih berproses. Jadi jika saya masih cekikikan, jika saya masih rusak akhlak saya, jika perkataan saya terlalu pedas, jika saya masih suka terlepas tertawanya, jika saya masih becanda kelewatan, cukup ingatkan dan doakan saja supaya hijrah saya Istiqomah. 


baca juga : Sementara Sendiri

Dan bagaimanakah Hijrah yang sesungguhnya?
Hijrah yang sesungguhnya, selalu mengalir dan berjalan, selambat apapun prosesnya, hijrah harus terus berjalan sampai matahari terbit dari arah Barat.

Saya benar-benar merasakan sendiri perubahan dalam hidup saya. Dulu apa-apa saya hanya berfikir untuk dunia saja, dulu saya benar-benar menyia-nyiakan waktu hanya untuk kegiatan yang tak berfaedah. Sekarang pola pikir yang ku miliki berubah. Segala sesuatunya kupertimbangkan tak hanya dengan tolak ukur duniawi saja namun akhirat yang utama.  

Apakah setelah Hijrah saya merasakan hidup saya lurus, tenang dan damai? Tidak bahkan setelah hijrah ini adalah awal dari perjuangan kita, masih banyak ujian dan cobaan yang perlu dilewati. Bedanya dulu sama sekarang,saat ini ketika dirundung musibah, masalah dan apapun yang menggoyahkan iman, saya bisa mencari solusi dengan hati yang damai, dengan perasaan yang tenang dan fikiran yang jernih, karena saya punya Dia yang menciptakan kita semua. 

Apakah setelah hijrah diri ini akan berubah dalam waktu singkat? Tidak mungkin dan tidak akan bisa, nikmati saja prosesnya, setidaknya setiap harinya ada peningkatan. Emang menuju surga itu gak mudah dan penuh perjuangan, karena surga tuh gak murah hehe.

Saf, bukannya masih muda, kenapa gak seneng-seneng dulu aja. Liat drama korea berjam-jam, pacaran, nyantai aja kan enak tuh, ntar aja tobatnya. Masya Allah, iya kalo umur saya panjang dan saya tau kapan saya akan mati, baru deh tu saya akan bermaksiat dan enak-enak aja hidup saya, tapi ya gunanya nggak ada sih ya hehe… 

Jadi gimana kawan? Yuk berhijrah! Tapi ingat ya, hijrah itu dilandasi oleh niat yang baik, bukan ikut-ikutan teman atau mau cari jodoh saja atau juga cuman ingin dilihat baik dimata orang lain. Hijrah itu panggilan alami dari hati yang mendatangkan hidayah. Perlu di ingat juga, hidayah tidak akan datang begitu saja tanpa kita berusaha untuk mencarinya.

*Postingan ini, request dari teman. Kalau mau request silahkan ya di komen. *

Komentar

  1. Semoga istiqomah yaa. Dulu aku juga pernah dapet hidayah buat hijrah tp iman belum kuat. Masih gila sama dunia. Semoga kamu bisa istiqomah, semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, hehe iya semoga kamu menyusul... dan diperkuat imanmu

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulau Dem Pelosoknya Kota Sidoarjo

Tugas film seperti makanan sehari-hari anak Multimedia di sekolah saya SMKN 2 BUDURAN. Tugas kali ini membuat Film Dokumenter. saat itu kita disibukkan dengan magang di tempat masing-masing. setiap ada kesempatan untuk rapat pun kita manfaatkan dengan baik, alhasil rapat pertama kita langsung memutuskan untuk memilih Pulau Dem sebagai salah satu tujuan kita. saat itu rapat, saat itu juga kita memutuskan untuk langsung survei tempat tersebut. Kita hanya mencari lokasinya bermodal kuota dan youtube pun sangat berguna. Lokasi pulau Dem itu di ujung pokoknya, hehe... Lumpur Lapindo masih lurus, pokoknya ada jembatan sungai porong belok kiri dan setelah itu, lurus, lurus aja, lurus terus sampai nggak kerasa kalau itu daerah Sidoarjo. Kesan pertama selama perjalanan, yah namanya juga anak ehm kota, yang sehari-harinya melihat keramaian jalan raya. tentunya excited sekali melihat pemandangan disekitar perjalanan, sudah seperti di pedesaan apa lagi saat itu cuaca mendung dan udara ju

180 Derajat

Hidup memang tak ada siapapun yang tau. saya benar-benar tak menyangka hidup saya akan berubah drastis seperti ini. Apa yang saya takutkan dulu, sekarang benar benar terjadi. Perasaan saat bangun tidur itu terkadang saya alami. Perasaan yang seolah-olah kehilangan ibu itu sebuah mimpi buruk. Namun 5 menit setelah bangun, ku sadari memang benar adanya. Beliau sudah tiada meninggalkan dunia untuk selamanya.  Dulu saya hanya bisa membayangkan ‘bagaimana kalau dia meninggalkanku?’ karena memang saya percaya bahwa umur hanya tuhan yang tau, dan saya harus siap menerima hal itu. Banyak hal yang sudah saya lewati bersamanya. saya tidak mau menyesalinya, saya hanya ingin mengenangnya. Sedih dan senang ku simpan rapat dalam ingatanku.    Hal ini harusnya membuat saya semakin kuat dan bukan jadi orang yang lemah, supaya dikemudian hari bisa membantu banyak orang dan berguna. Dia sudah menjadi orang yang paling berarti dalam hidup saya. Apa yang sudah kudapatkan sampai detik in